Sabtu, 19 Juni 2010

Manajemen Biaya Produksi Kesehatan Ternak

Komponen biaya produksi biaya pencegahan dan pengobatan penyakit sekitar 6% dari total biaya produksi, tetapi dampak yang ditimbulkannya pada saat akan panen produksinya dapat berpengaruh mencapai 60% bahkan hingga 80%. Oleh karena itu, manajemen kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam sistem usaha ternak.

Kerugian-kerugian ekonomi akibat ketidakfahaman manajemen kesehatan ternak meliputi :

(a) gangguan pertumbuhan (pertambahan bobot badan harian rendah)

(b) dewasa kelamin atau umur beranak pertama terlambat

(c) daya reproduksi terganggu

(d) efisiensi pakan rendah, dan

(e) kematian ternak.

Di dalam ilmu kesehatan selalu ada keterikatan antara 3 faktor yaitu tubuh (ternak), agen penyakit (mikroorganisme dan parasit), dan lingkungan (pemelihara, ternak lainnya, makan dan minuman, kandang, dan iklim). Apabila ketiga faktor tersebut dalam posisi seimbang maka tubuh (hewan) tersebut dikatakan sehat (tidak menunjukkan gejala sakit). Jadi sehat itu bukan berarti di dalam tubuhnya tidak ada penyakit, tetapi tubuh (pertahanan tubuh) mampu menetralisir penyakit tersebut sehingga tidak menunjukkan gejala penyakit. Gangguan atau perubahan pada salah satu faktor di atas akan menimbulkan gejala suatu penyakit, sehingga akan terjadi sakit. Dari ketiga faktor tersebut yang paling penting adalah pengendalian faktor lingkungan, karena perubahan lingkungan ke arah yang buruk akan meningkatkan kuantitas dan kualitas penyakit serta penurunan ketahanan tubuh.

Jumlah atau daya infeksi yang meningkat dari sebuah penyakit, sedangkan kondisi tubuh tetap, akan menimbulkan gejala penyakit karena pertahanan tubuh tersebut tidak mampu melawan peningkatan kuantitas dan kualitas penyakit. Sebaliknya, meskipun jumlah penyakit tidak meningkat tetapi pertahanan tubuh menurun, juga akan menimbulkan munculnya gejala penyakit. Peningkatan jumlah dan kekuatan penyakit serta penurunan pertahanan/kekebalan tubuh sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan yang kotor akan memudahkan peningkatan jumlah bibit penyakit. Perubahan iklim, perubahan tempat tinggal, dan adanya rangsangan dari luar akan menyebabkan hewan stress yang menyebabkan hewan mengalami penurunan ketahanan tubuh. Kondisi tersebut akan menyebabkan hewan sakit.

Dari pengertian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa manajemen dan pengendalian kandang, orang yang berinteraksi (seperti pegawai kandang atau pemilik), hewan lain yang ada di kandang, pakan dan minuman, serta iklim merupakan langkah penting dalam pengendalian kesehatan ternak. Tindakan pengendalian faktor lingkungan biasa disebut dengan istilah biosecurity.

Sebuah contoh kasus pertanyaan tentang kembung bisa kita bahas secara singkat. Kita asumsikan bahwa dalam hal penanganan ternak yang kembung semua peternak sudah mampu menangani. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana pencegahan kembung. Seperti penjelasan di atas bahwa jika menemukan satu kasus penyakit maka kita harus menelusurinya dari ketiga faktor di atas, yaitu : tubuh (ternak), penyakit, dan lingkungan.

Sebagai mana kita ketahui bahwa kembung adalah sebuah gangguan metabolisme di dalam tubuh, yaitu kelebihan gas di dalam lambung. Jika kita berbicara gangguan metabolisme berarti yang paling berpengaruh adalah makanan (lingkungan). Jadi yang perlu ditelusuri adalah lingkungan dalam hal ini makanan. Apa yang dimakan ternak sebelum terjadi kembung? Ada bahan apa di dalam makanan yang menyebabkan kembung? Pada kondisi bagaimana bahan tersebut bisa muncul? Bagaimana perlakuan kita terhadap makanan agar bahan penyebab kembung tersebut hilang atau berkurang sehingga tidak menyebabkan kembung?.

Pertanyaan-pertanyaan di atas akan menuntun kita melakukan langkah-langkah pencegahan. Misalnya yang dimakan ternak adalah rumput atau hijauan. Bahan yang ada di dalam hijauan yang menyebabkan kembung adalah gas. Gas tersebut akan diproduksi dalam jumlah banyak apabila hijauan masih berumur muda dan kandungan airnya tinggi atau hijauan dalam keadaan basah. Kandungan air yang tinggi akan memproduksi gas dalam jumlah banyak sehingga gas di dalam lambung meningkat dari kapasitas normalnya. Ada juga hijauan yang mengandung gas berbahaya tertentu seperti gas sianida pada daun singkong. Untuk mengurangi gas berarti harus mengurangi kadar air atau mengurangi kandungan gas berbahaya.

Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan gas penyebab kembung adalah tidak memberikan langsung hijauan yang basah atau mengandung gas tertentu. Cara mengurangi atau menghilangkan gas tersebut bisa dengan cara dilayukan (dijemur) sampai kering agar kadar airnya menurun. Bisa juga dengan cara mencacah atau memotong-motong hijauan yang akan diberikan. Dengan langkah tersebut air atau gas berbahaya akan menguap dan berkurang, yang pada akhirnya akan mengurangi penimbunan gas di dalam lambung. Dengan langkah tersebut akan terhindar dari kemungkinan terjadinya kembung karena gas yang ada di lambung masih dalam tingkat kemampuan lambung untuk menampungnya dan akan dikeluarkan secara alami sedikit-demi sedekit.

Contoh tersebut bisa diterapkan pada kasus-kasus penyakit lainnya, baik penyakit infeksius (yang disebabkan oleh mikroorganisme) atau penyakit gangguan metabolisme. Jika penyakit infeksius yang terjadi, maka lingkungan yang perlu ditelusuri adalah kondisi lingkungan yang bisa menurunkan pertahanan tubuh (seperti stress, perubahan cuaca, perubahan makanan, perubahan kandang, dan sebagainya) dan kondisi lingkungan yang dapat meningkatkan jumlah atau kekuatan penyakit (seperti kandang yang kotor, sanitasi yang buruk, lalu lintas ternak sakit atau pegawai kandang yang membawa penyakit, atau penularan penyakit dari luar). Khusus pada penyakit infeksius dalam rangka pencegahan penyakit senantiasa untuk menjalankan program biosecurity secara ketat dan vaksinasi secara teratur jika dibutuhkan.

Jika semua peternak mampu menerapkan langkah-langkah prinsip pencegahan penyakit seperti di atas maka tidak akan pernah terjadi kasus penyakit yang muncul berulang kali dalam satu periode produksi. Kalau pun pernah terjadi maka akan menjadi data yang akan dijadikan rujukan dalam menentukan kebijakan pencegahan penyakit di masa yang akan datang. Dengan penurunnya kejadian penyakit berarti tingkat produksi akan meningkat dan tentunya secara ekonomi akan meningkatkan keuntungan usaha.

Inseminasi Buatan

Inseminasi buatan adalah peletakan sperma ke follicle ovarian (intrafollicular), uterus (intrauterine), cervix (intracervical), atau tube fallopian (intratubal) wanita dengan menggunakan cara buatan dan bukan dengan kopulasi alami.

Teknik modern untuk inseminasi buatan pertama kali dikembangkan untuk industri ternak untuk membuat banyak sapi dihamili oleh seekor sapi jantan untuk meningkatkan produksi susu.

Dalam melakukan fertilisasi-in-virto transfer embrio (inseminasi buatan) dilakukan dalam tujuh tingkatan dasar yang dilakukan oleh petugas medis, yaitu :
1. Istri diberi obat pemicu ovulasi yang berfungsi untuk merangsang indung telur mengeluarkan sel telur yang diberikan setiap hari sejak permulaan haid dan baru dihentikan setelah sel-sel telurnya matang.
2. Pematangan sel-sel telur sipantau setiap hari melalui pemeriksaan darah Istri dan pemeriksaan ultrasonografi.
3. Pengambilan sel telur dilakukan dengan penusukan jarum (pungsi) melalui vagina dengan tuntunan ultrasonografi.
4. Setelah dikeluarkan beberapa sel telur, kemudian sel telur tersebut dibuahi dengan sel sperma suaminya yang telah diproses sebelumnya dan dipilih yang terbaik.
5. Sel telur dan sperma yang sudah dipertemukan di dalam tabung petri kemudian dibiakkan di dalam lemari pengeram. Pemantauan dilakukan 18-20 jam kemudian dan keesokan harinya diharapkan sudah terjadi pembuahan sel
6. Embrio yang berada dalam tingkat pembelahan sel ini. Kemudian diimplantasikan ke dalam rahim istri. Pada periode ini tinggal menunggu terjadinya kehamilan.
7. Jika dalam waktu 14 hari setelah embrio diimplantasikan tidak terjadi menstruasi, dilakukan pemeriksaan air kemih untuk kehamilan, dan seminggu kemudian dipastikan dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Jadi tak bisa dilakukan sembarangan oleh pihak non medis.

Adapun mengenai sperma, didalam ovarium (rahim) sperma dapat bertahan hidup hingga 3-5 hari, namun diluar ovarium, sperma hanya dapat hidup beberapa jam namun sperma bisa bertahan hidup lama bila dibungkus dalam gliserol yang dibenamkan dalam cairan nitrogen pada temperatur -321 derajat Fahrenheit. Dari keterangan tersebut sangat sulit untuk mengawetkan sperma untuk jangka waktu lama.